Sabtu, 30 Januari 2010

Rendevouz, STLY dan SPBU

Saat menyebut ketiga kata tersebut, tergambar di kepala saya akan makna dan keterkaitan diantaranya.

Cerita bermula saat saya bertemu dengan seseorang yang dari nama, garis wajah, perilaku dan gaya berjalannya mengingatkan saya akan seseorang. Tepatnya seorang teman lama. Yaaa..seseorang dari masa lalu yang pernah dekat dihati saya. That's it.

Hingga saat tanpa sengaja dan tanpa direncanakan, beberapa teman kantor yang mempunyai hobi yang sama, yaitu berbicara dan berkhayal yang "tidak-tidak" saling bertukar informasi dan guyonan melalui email. Isinya sangat seru dan beragam. Hingga kemudian kami mulai berkumpul (kopdar) dalam bentuk makan siang atau sekedar kongkow-kongkow selepas jam kerja. Tidak rutin memang. Tapi kopdar yang sudah terlaksana, sebanyak 4 kali, cukup menyatukan kami dalam satu wadah milis dimana didalamnya kami saling bertukar guyonan dan saling mencela. Lumayan mencerahkan hari-hari saya terutama saat kebosanan mulai hinggap.

Another kumpul-kumpul, masih dalam hubungannya dengan pertemanan dikantor. Sama-sama memiliki awalan S, tapi keduanya merupakan kutub yang berlawanan arah. Yang satu, isinya penuh dengan canda tawa dan sifatnya ringan. Sedangkan yang satunya lagi, lumayan berat dengan visi dan misi serta program kerja. Tapi perkumpulan yang satu ini juga lumayan menarik karena merupakan wadah saya menyalurkan aspirasi ketenagakerjaan dan belajar berorganisasi dalam bidang yang berbeda. Perkumpulan ini mampu membuat saya mengenal beberapa rekan kerja yang sebelumnya mungkin belum terlalu akrab karena masing-masing belum memiliki kesempatan untuk kerja bareng dalam kegiatan yang sama. Lumayan menaikkan adrenalin yang agak menurun belakangan ini!! Mungkin karena sesuatu yang baru, masih dalam proses meraba-raba sehingga segala sesuatunya masih dalam tahap ingin tahu dan ingin belajar.

Rendevouz, STLY dan SPBU ketiga-tiganya merupakan sesuatu yang diawali dengan pertemanan, walaupun jenis pertemanannya berbeda. Tapi sungguh, semuanya mampu menyemarakkan hari-hari saya dan memberi warna-warni dalam hidup saya. Untuk jenis pertemanan yang pertama, sesungguhnya sudah berakhir semenjak pertemanan itu diakhiri dengan sadar, sesadar-sadarnya dulu kala. Sehingga hasil akhirnya hanyalah kenangan. Sedangkan yang kedua dan ketiga, baru saja dimulai dan semoga tetap terjalin dengan indah dalam konteks yang positif. Efek sampingnya adalah waktu saya agak sedikit tersita kalau ada kegiatan yang berhubungan dengan kedua perkumpulan diatas. But, worth it lahhh...

Well, seperti Frente bilang, "Let the sun shining!!"

Jauzi dan Cita-citanya...

Beberapa hari yang lalu, saya meminjam sebuah picture book dari Primary Library. Saya lupa judul buku tersebut. Tapi saya masih ingat akan kisah yang tertera didalamnya. Buku itu berkisah tentang seorang ibu dan anak laki-lakinya yang sangat menyayangi ibunya. Anak laki-laki tersebut berkata bahwa ia akan tetap tinggal bersama ibunya sampai ia dewasa kelak. Lalu si ibu berkata bahwa saat si anak dewasa, pastinya ia akan bisa menjadi apapun profesi yang dicita-citakannya. Entah itu polisi, pemadam kebakaran, dokter, perawat, dan lain-lain. Saat ia dewasa kelak, pasti si anak tersebut akan sibuk dengan pekerjaan dan dunianya yang baru. Tapi ia tetap bersikeras bahwa ia akan tetap menemani ibunya sampai kapanpun dan tetap akan kembali ke rumah. Hingga terakhir kali, ibunya berkata bahwa saat si anak laki-laki tersebut dewasa kelak, pasti ia akan memiliki pendamping hidup dan akan pergi meninggalkan si ibu. Si anak lalu berkata, bahwa benar ia akan memiliki pendamping hidup yang sangat dicintainya. Tapi ia akan memilih tinggal disamping rumah ibunya sehingga ia tetap bisa menjaga ibunya kelak jika ia dewasa.

Kisah yang sangat menyentuh hati, saat saya membacakan buku tersebut untuk kedua buah hati saya. Seperti biasa, sesi membacakan buku tidak akan berakhir hanya dengan satu kali dibaca. Saya harus mengulangnya untuk yang ketiga kalinya. Hingga pada akhirnya, karena rasa ingin tahu, saya bertanya pada Jauzi tentang apa yang dicita-citakannya kelak saat ia dewasa.

Saya : Kakak kalo sudah besar cita-citanya ingin jadi apa?
Jauzi : Ehmmm...aku pengen jadi putri sejati. Kayak Barbie gitu loh bunnn...
Saya : (terperanjat kaget dan tidak menyangka akan jawabannya itu).Emangnya temen- temen kakak kalo udah besar mau jadi apa?
Jauzi : Kalo Zaki ama Ammar katanya kalo sudah besar mau jadi pangeran impian.
Saya : Emang kakak ga mau jadi dokter?
Jauzi : Engga. Kalo jadi putri kan bisa menyihir orang. Nanti kalo Bunda nakal, aku sihir jadi kodok loohhh!!
Saya : (Cape dehhh...ini anak kebanyakan nonton filem...duhh!! Semoga Zayyan belum teracuni oleh film-film penjual mimpi dan imajinasi).

Mbakkkk!!! (manggil-manggil si mbak dan mulai berpikir untuk mengurangi jatah anak-anak nonton TV dan film kartun).