Rabu, 15 Juli 2009

Siapa bilang PilPres ga dikenakan biaya???!!!

Seumur hidup saya yang baru berumur 17 tahun ini (hehehe...in my dream), baru kali ini saya mengikuti yang namanya Pemilihan Presiden langsung. Ini bukan kali pertama saya mengikuti pemilu. Tahun 1999, saat masih berstatus mahasiswa dan masih jomblo (ga penting amat ya??), saya pernah ikut pemilu. Ditambah lagi saat itu saya menjadi salah satu volunteer pengawas pemilu (UNFREL). Pemilu yang selanjutnya, saya tidak pernah terdaftar karena status saya yang nomaden alias berpindah-pindah antara kosan dan rumah ibu saya di Bogor. Begitu juga pemilu legislatif yang lalu. Kembali saya tidak terdaftar dimanapun walaupun saya memiliki KTP. Keberuntungan (atau kemalangan ya) menghampiri saya pada pilpres kali ini. Beruntung karena pada akhirnya bisa memberikan suara untuk kemajuan demokrasi di Indonesia. Malang, karena jujur saja, belum ada capres yang sesuai dengan pilihan hati saya.
Pagi, pukul 10.00 setelah diingatkan oleh si mbak, akhirnya saya dan pasukan meluncur menuju ke TPS 17 di Kampung Sawah. Suasana tidak begitu ramai, hanya ada suara guyonan yang keluar dari mulut sesepuh desa dengan logat betawi yang kental. Agak bingung juga mengingat ini kali pertama saya memilih setelah 10 tahun yang lalu. Masuk ke bilik suara, kembali kebingungan menyerbu. Mana yang akan saya pilih. Mau menghitung kancing, tapi tidak pakai baju berkancing. Akhirnya cap cip cup, tapi kok ya hasil akhirnya juga kurang sreg. Sepertinya kalau saya pilih yang satu itu, yang lain seperti menghiba minta dicontreng dan yang lainnya lagi seperti melihat saya dengan pandangan memelas. Duh...ga tega deh!!! Akhirnya, saya pilih salah satu pasangan, tanpa melihat foto-foto capres yang lainnya. Maaf yaa...next time kalo mencalonkan diri jadi capres lagi, mungkin biar adil, akan saya pilih. Hehehehe....
Keluar dari bilik suara, surat suara saya masukkan ke kotak suara dan karena ketidaktahuan saya, akhirnya jempol tangan kanan saya, ketiban sial terkena tinta pemilu yang warnanya seperti blao. Setelah saya perhatikan, kebanyakan orang mencelupkan tinta pemilu dijari kelingking. Oalah...cuma saya aja yang mencelupkan jempol tangan.
Kewajiban memilih selesai. Berhubung ada tukang rujak didepan TPS, walhasil anak-anak saya meminta jatah menunggu dengan beberapa jenis buah-buahan dan sepiring rujak. Untungnya saya bawa uang. Tuh kan...siapa bilang ikut pilpres ga kena biaya??? Saya aja mesti mengeluarkan uang sebesar Rp. 10.000,- sebagai kompensasi bagi anak-anak saya yang menunggu saya memilih capres. Mungkin sebagai masukan dari saya kepada pemerintah, pemilu selanjutnya, mbok ya diberikan jatah sarapan or jajanan bagi si pemilih. Hehehehe....
FYI, sepertinya presiden pilihan saya (hasil mencontreng dengan mata terpejam) belum dapat banyak suara. Padahal saya harap lebih cepat lebih baik (berlaku pada hal-hal yang baik, seperti pada tanggal gajian, kenaikan gaji, dll.). Ya sut, sekian saran dan masukan dari saya mengenai pilpres kali ini.
Have a nice summer holiday gals....