Sabtu, 27 Maret 2010

My Name is Khan

Siang ini, saya menyempatkan menonton film India yang berjudul My Name is Khan. Film ini bermula saat seorang anak, Rizwan Khan, seorang muslim yang mengidap sindrom Asperger, hidup bersama ibunya (Zarina Wahab) di wilayah Borivali di Mumbai. Ia memiliki seorang adik laki-laki. Saat ia dewasa dan ditinggal pergi ibunya untuk selamanya, Rizwan pindah ke San Fransisco dan hidup bersama adik dan iparnya. Selama disana, ia jatuh cinta kepada Mandira, seorang perempuan India, beragama Hindu, yang bekerja disebuah salon dan memiliki seorang anak laki-laki dari pernikahan sebelumnya (kalo tidak salah namanya Shameer). Mereka menikah dan memulai usaha bersama.

Setelah peristiwa 9/11, Rizwan dan Mandira mulai menghadapi beberapa kesulitan. Pergolakan antara muslim dan non-muslim mulai merambah melalui berbagai aksi penyerangan. Dimulai dari sebuah penyerangan berbau agama di sekolahnya, yang menewaskan Shameer, yang membuat mereka berpisah. Mandira yang sedang bersedih dan kecewa, mulai menyalahkan dirinya sendiri. Ia menyesal telah menikah dengan Rizwan yang beragama Islam yang karena last name nya menyebabkan Shameer tewas. Mandira meminta Rizwan untuk menemui Presiden U.S. dan menyampaikan bahwa "My name is Khan and I'm not a terrorist.

Ingin kembali memenangkan hati istrinya, Rizwan melewati sejumlah petualangan diberbagai negara bagian di Amerika, termasuk petualangannya membantu korban badai Katrina, pengalamannya dipenjara akibat disangka sebagai teroris hingga pertemuannya dengan Presiden U.S. sehingga keinginannya untuk berkata langsung "My name is Khan and I'm not a terrorist" tercapai sudah. Dan seperti film-film India pada umumnya, cerita dalam film ini berakhir dengan happy ending.

Melalui film ini, moral story yang saya peroleh yaitu terlepas apa dan siapa manusia itu (Muslim, Nasrani, China, India, negro, dll.) jangan mengkotak-kotakkan manusia berdasarkan jaket atau label yang mereka pakai atau melalui kulit luarnya saja. Karena yang lebih penting adalah bagaimana manusia itu berinteraksi dalam kebaikan bagi sesama dan menjadi berguna bagi orang lain. Isi hati lebih penting dibandingkan dengan yang lainnya. Seperti yang diajarkan dalam Islam, bahwa jadilah rahmat bagi seluruh umat manusia karena Islam adalah agama rahmatan lil alamin.

Tidak ada komentar: