Selasa, 11 Mei 2010

My Friend's Wedding

Pagi ini, saya menerima sebuah email yang berisikan sebuah undangan ke pesta pernikahan salah satu dari teman kuliah saya dulu. Bukan sesuatu yang istimewa memang. Yang membuatnya menjadi menarik adalah di akhir undangan itu terselip penggalan lirik lagu lawas dari Bryan Adams and Barbra Streisand - I Finally Found Someone.

Romantis sekali!! Begitu kesan pertama yang saya tangkap. Terkadang lagu dapat menggambarkan perasaan seseorang. Melalui lagu tersebut, mungkin kedua calon mempelai, bercerita secara tersirat bahwa dari perjalanan yang telah ditempuh dengan melalui berbagai rintangan (kalau ada), beberapa persinggahan, akhirnya mereka menemui titik akhir dari perjalanan dan berlabuh. Saya katakan berlabuh karena menikah - menurut analogi saya pribadi- merupakan titik awal dua insan untuk bersandar di pelabuhan untuk selanjutnya berlayar kembali mengarungi lautan bebas.

Pernikahan bukanlah akhir dari segala-galanya. Justru pernikahan merupakan awal bagi dua manusia yang berbeda - jenis kelamin (ya iyalah), latar belakang sosial ekonomi, kepribadian, dan lain-lain - untuk saling belajar dalam menerima dan mengatasi perbedaan tersebut. Dalam perjalanan berlayar di lautan bebas tersebut, bisa dipastikan riak ombak akan menghadang. Arus yang kuat juga terkadang membuat perahu bergoyang dan berpindah dari jalur yang sudah ditetapkan semenjak awal perjalanan. Diperlukan seorang nahkoda yang cerdas dan kuat (dalam arti kiasan dan arti sesungguhnya) dengan didampingi awak kapal yang juga mampu mendukung dan memberikan petunjuk arah hingga menjadi mitra yang saling melengkapi.

Satu komando, dengan diiringi komunikasi yang terjaga secara intens dan bertaburkan kasih sayang, dan adanya pengertian yang tulus dan ikhlas, membuat perjalanan menjadi lebih indah. Ombak yang besar, badai yang membayangi, dan berbagai rintangan, membuat perjalanan menjadi lebih bermakna. Ada pelajaran-pelajaran hidup yang bisa dipetik dari setiap peristiwa tersebut. Jatuh bangunnya perjalanan itu, membuat kita semakin dewasa dan menemukan makna cinta yang berbeda-beda.

Salah satu teman saya pernah bertanya, apa enaknya menikah? Saat itu saya tidak dapat menjawabnya secara gamblang. Yang pasti, saya hanya menekankan bahwa menikah membuat hati dan pikiran menjadi tenang dan tentram. Berbeda pendapat atau pendapatan itu hal yang biasa. Lantas bagaimana dengan nasib cinta saat pernikahan sudah mencapai angka 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan seterusnya? Akankah cinta itu masih ada dan tetap sama? Seorang teman yang sudah lebih dari 10 tahun menikah, mengatakan bahwa yang mengikat mereka adalah komitmen. Komitmen untuk tetap bersama dan membesarkan buah hati mereka.

Rasanya mungkin saya belum pantas untuk menjawabnya. Pernikahan saya baru seumur jagung, belum genap 5 tahun saya berlayar dibiduk pernikahan. Selama 5 tahun ini pula, cinta yang saya punya berbeda-beda rasanya. Tidak sama seperti cinta yang saya miliki saat saya masih belum berstatuskan istri. Cinta yang saya miliki saat ini, bukan cinta yang menggebu-gebu dan meledak-ledak. Entah apa namanya...yang pasti cinta itu masih ada......

(renungan tengah malam saat insomnia melanda...ditemani suami yang asik nonton TV dan sebuah lagu kenangan kita berdua, LOVE WILL KEEP US ALIVE by The Eagles)

1 komentar: